Rabu, 12 Januari 2011

Guru, One Stop Profession

Menjadi guru adalah keseluruhan profesi bagiku. Menjadi dokter, perawat, psikolog, polisi, detektif, jaksa, pembela, hakim, manager, dan aneka profesi lain bagi murid – muridku.

Menjadi guru, sungguh sebuah profesi all in one, setidaknya itu yang aku rasakan. Melibatkan segenap akal, jiwa, raga jua rasa. Sungguh berat sekaligus indah. Banyak sekali modal yang harus ku miliki, terutama modal keberanian untuk terus mau belajar, belajar dan belajar.

Banyak hal yang perlu dan harus dipelajari. Secara pribadi, aku perlu memiliki pribadi seorang guru yang layak untuk digugu dan ditiru. Tetap bisa tersenyum ceria di hadapan murid – muridku walau masalah juga menggunung, tumpukan pakaian kotor serta setrikaan yang menumpuk karena ditinggal pergi oleh pembantu. Harus selalu prima meski asap dapur kian kabur. Perlu tetap mempesona walau lelah terasa mendera.

Lalu dengan ketrampilan mengajar dan wawasan keilmuanku. Ah, sungguh banyak yang terus harus dipelajari. Zaman kian bertambah canggih, tantangan murid – muridku di masa yang akan datang kian besar dan banyak. Mereka bukan hanya bersaing dengan rekan – rekan satu negara, melainkan juga di seluruh dunia. Sangat egois kalau aku hanya membekali mereka dengan pengetahuanku yang apa adanya.

Selanjutnya tentang pemahamanku pada anak – anak didik. Memahami pribadi mereka, keinginan – keinginan mereka, kebutuhan mereka serta segala sesuatu tentang bagaimana mereka belajar, berteman dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sangat naif kalau aku merasa puas dengan bekal pengetahuan yang ku dapat saat kuliah dulu. Nyatanya, aplikasi pengajaran di lapangan tidak selalu sama dengan teori yang banyak dirumuskan buku – buku atau diktat saat kuliah dulu.

Ibuku yang bijak itu pernah berpesan, “Anak – anak zaman sekarang tidak seperti zaman ibu kecil dulu. Mereka serba lebih. Lebih banyak tanya, lebih banyak melawan, lebih kurang sopannya, dan lebih – lebih yang lain. Kalau kamu mau jadi Guru, harus banyak belajar, yaa … Jangan menyerah bila bertemu anak yang sulit. Kenali secara dekat murid – muridmu maka mereka akan mendekat, sehingga mudah mendidik mereka. Terima mereka, bawa dalam do'a – do'amu. Serahkan permasalahan mereka pada Yang Maha Kuasa, Allah Subhanahuwata'ala ”.

Terima kasih ibu. Nasihat itu sangat membekas dalam hati. Tentunya aku ingin menjadi guru yang terbaik untuk para murid. Dan aku tahu butuh banyak tekad juga pengorbanan untuk mencapainya. Ya, Allah, kuatkan tekad hamba sehingga tak mudah patah. Aamiin.

Teruntuk para pejuang pendidikan, terus semangat hingga akhir perjuangan

2 komentar:

  1. saya kaget bercampur bangga saat anak saya, usia 4 tahun ingin menjadi guru...


    silahkan berkunjung ke blog saya...
    http://www.catatan-guru.blogspot.com

    BalasHapus